Thursday, March 6, 2008

Jimmy Ade Sunarya: “from indifferent one to peer educator…”




“Dulu saya tidak terlalu tahu tentang penyakit ini, saya lihat banyak kegiatan-kegiatan di Wamena. Ada peringatan Hari AIDS sedunia, ada lomba-lomba yang berhubungan dengan Hari AIDSkah..tapi saya waktu itu belum mengerti apa itu HIV..” ujar Jimmy ketika penulis menanyakan bagaimana awalnya Jimmy sampai bisa tahu dan mengerti tentang HIV. “Saat itu ada satu staf WVI yang datang ke kami punya sekolah, dia bilang mau ada pelatihan radio untuk anak-anak sekolah, saat itulah sayapun minta didaftar dan saya mulai terlibat dalam program HIV yang diselenggarakan kakak-kakak WVI…” lanjut Jimmy. Oh iya…para pembaca, Jimmy adalah salah seorang peer educator untuk program pencegahan HIV dan AIDS yang dibina oleh Wahana Visi Indonesia. Peer educator itu adalah pendidik teman sebaya. Tugasnya adalah memberikan informasi tentang HIV dan AIDS kepada teman-teman. Selain itu peer educator juga menjadi sumber informasi jika ada teman-teman yang mau bertanya seputar HIV dan AIDS.

Lahir pada 30 September 1992, nama lengkapnya adalah Jimmy Ade Sunarya Kobogau. Kok namanya berbau Sunda ya? Ternyata ayah Jimmy almarhum bernama Asep Sunarya memang orang Sunda asli, sedangkan ibunya bernama Nelly Kobogau adalah orang asli Wamena. Sehari-hari ibunya bekerja sebagai pegawai negeri di lingkungan Pemda Jayawijaya. Jimmy sendiri adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adik perempuannya masih bersekolah di salah satu sekolah dasar negeri di Wamena.

Sehari-hari Jimmy harus berjalan kaki menempuh perjalanan sejauh 2 kilometer untuk sampai di sekolahnya SMU PGRI Wamena. Jimmy sendiri mengatakan kalau ia harus serius bersekolah, walaupun banyak teman-temannya yang tidak serius sekolah, namun Jimmy tidak mau seperti itu. Sewaktu ayahnya masih hidup Jimmy selalu dipesankan agar ia menjadi anak yang berguna bagi keluarga, bangsa dan agama. Pesan inilah yang selalu diingat Jimmy.

Jimmy bersama keluarganya tinggal di Jalan Bhayangkara No. 55 Wamena. Di lingkungan sekitar rumahnyapun tetangga-tetangga mengenal Jimmy sebagai anak yang aktif, senang bergaul namun tidak pernah sekalipun terlibat hal-hal yang negatif. Bahkan menurut tetangganya Jimmy sering dimintai informasi seputar HIV dan AIDS oleh anak-anak muda sekitar tempat tinggalnya itu. Memang, prinsip dasar dari program peer educator adalah teman sebaya memberikan informasi pada teman sebaya lainnya. Menurut Jimmy sendiri guru-gurunyapun di sekolah masih banyak yang belum merespon keberadaan penyakit ini. Kalaupun ada yang bisa berbicara itupun masih ragu-ragu. Hal ini juga sama di kalangan orang tua. Namun, menurut Jimmy saat ini orang-orangtua sudah mulai agak terbuka sedikit dalam membicarakan hal ini dengan anak-anak muda.

Awalnya Jimmy memang acuh tak acuh dengan HIV dan AIDS. Pernah waktu itu salah seorang temannya mengajak untuk ikut sosialisasi tentang HIV dan AIDS di gereja, Jimmy malah menolaknya. Namun lama-kelamaan timbul rasa penasaran dalam dirinya dan akhirnya suatu hari Jimmy ikut dalam ibadah pemuda yang diselenggarakan oleh GBI Siloam Wamena. Saat itu menurut Jimmy ada dokter dari Wahana Visi Indonesia yang jadi pembicaranya. Sejak itu Jimmy mulai bertanya-tanya dalam hati bagaimana dia bisa ikut berpartisipasi dalam mencegah penyakit ini sampai akhirnya kesempatan itu datang sewaktu kakak dari Wahana Visi Indonesia datang ke sekolahnya.

“Situasi HIV dan AIDS di Wamena ini sudah sangat berbahaya, saya rasa jangan-jangan sudah lebih dari 50 % orang Wamena ini sudah kena penyakit ini….” ujar Jimmy. Kami hanya tersenyum mendengar pernyataan Jimmy tersebut walau dalam hati kami juga bertanya-tanya, “Jangan-jangan benar juga…..”


Keterlibatan Jimmy di berbagai program yang diselenggarakan oleh WVI memang cukup membuktikan keseriusannya. Setelah terlibat dalam pelatihan radio di RRI Wamena, Jimmy sering menjadi co-presenter dalam berbagai siaran dialog interaktif di RRI Wamena. Terakhir, Jimmy terlibat sebagai salah satu peserta dalam cross visit yang diadakan oleh Wahana Visi Indonesia ke Yayasan Pelita Ilmu Jakarta (lihat posting sebelumnya: "Dunia Remajaku Seru.."). Selain itu di Jakarta, keterampilan Jimmy dalam menyiar juga diperdalam dengan pelatihan yang diselenggarakan oleh KBR68H Jakarta. Wah...wah...wah...

“Saya akan memberikan pengetahuan dan informasi tentang HIV dan AIDS ini, agar semua masyarakat Wamena tidak habis oleh karena virus HIV dan AIDS ini… Saya akan lebih semangat lagi membagikan pengetahuan saya…” ujar Jimmy menutup pertemuan kami hari itu. Di luar cuaca mulai mendung, Jimmy harus segera kembali ke rumah membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di rumahnya. Yah…di luar cuaca boleh mendung, tapi kami percaya di dada anak-anak PE seperti Jimmy ada api yang selalu menyala-nyala pertanda semangat untuk menyebarkan informasi tentang HIV dan AIDS lebih…dan lebih lagi….
Bagaimana dengan kita???


Wawancara oleh Willy Sitompul untuk Kita Bisa Ministry