Tuesday, July 3, 2007

Cerita dari Cross Visit ke LINDUNG Project Jakarta






Hujan rintik-rintik menyertai perjalanan team Cross Visit dari KITA BISA Project yang akan berkunjung ke Jakarta. Akhirnya, pesawat Trigana itu mendarat juga. Sebanyak 15 orang terbagi dalam dua team bergegas turun dari pesawat. Satu team akan berkunjung ke SIARAN Project Jayapura dan satu team lagi keesokan harinya akan meneruskan perjalanan ke Jakarta melihat-lihat LINDUNG Project. Dua taksi segera dipanggil, kedua team langsung meluncur ke Hotel New Season Abepura.
“Wah lapar ni! Ko tidak laparkah?” Bung Ben pimpinan sementara kedua team mengambil inisiatif mengajak kedua team untuk makan siang bersama. Rumah makan Dua-Dua menjadi tempat melepas dahaga dan rasa lapar. Setelah itu kedua team beristirahat di penginapan. Besok hari Minggu, team Jayapura akan pindah penginapan ke Bapelkes Jayapura dan team Jakarta akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta.

Pagi-pagi sekali taksi hotel sudah menjemput. Team Jakarta bersiap-siap. Total jumlah anggota team sebanyak 8 orang terdiri dari 3 orang guru, 3 orang murid SMP/ SMU dan 2 orang staff KITA BISA. Taksi berjalan menyusuri jalan raya Sentani hingga akhirnya tiba di bandara. Langsung cek ini dan tepat jam 9.00 WIT pesawat Garuda lepas landas. ”Jakarta, kami datang.......” mungkin begitu sorak dalam hati peserta cross visit Jakarta. Dari 3 orang guru, hanya 2 orang yang sudah pernah ke Jakarta dan ketiga murid, jangankan ke Jakarta, ke Jayapurapun baru pertama kalinya. Keenam peserta tampak serius memperhatikan pramugari memperagakan alat keselamatan. Dua kali pesawat transit. Di Timika dan di Denpasar. Namun, para penumpang transit tidak diperbolehkan turun. Ada sedikit kekecewaan tergambar di wajah para peserta. ”Kenapa tidak boleh turun kah? Kita mau lihat-lihat ini........” mungkin itu yang terpikir di benak mereka. Namun kekecewaan agak sedikit hilang karena kebetulan Edo Kondologit (penyanyi top asal Papua) satu pesawat dengan kami. Toni (staf KITA BISA) menyempatkan diri berfoto dengannya.

Sekitar pukul 4 sore pesawat mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Bagasi segera diambil. Melihat suasana bandara, para peserta masih terkagum-kagum. Sampai-sampai tiga orang peserta terjatuh saat mencoba berjalan di cross line (ban berjalan untuk mempercepat langkah). Dua taksi langsung dipesan menuju Wisma BPK Kalibata. Di perjalanan para peserta tampak terkaget-kaget. ”Wah..ternyata Jakarta begini toh..” pikir mereka. Sewaktu melintasi jalan layang salah satu peserta berdecak kagum ”Wah tinggi sekali baru tidak ada air di bawah lagi...” komentarnya.

Sekitar jam 6 sore kami semua sampai di penginapan. Masing-masing mengambil kunci kamar. Total ada 4 kamar yang kami pakai. Satu kamar dua orang. Setelah beristirahat sejenak, para peserta berkumpul di lobby. ”Mau jalan-jalan di mal..!” kata mereka. Maklumlah, penginapan kami terletak pas di depan Mal Kalibata. Melihat suasana mal yang ramai, para peserta kembali terkagum-kagum. Pas naik tangga berjalan salah satu peserta menaikinya dengan melompat. Jadilah kami pusat perhatian di mal Kalibata sore itu. Setelah puas berjalan-jalan, kamipun makan malam. KFC menjadi pilihan tempat makan kami. ”Mau menu yang mana?” Aku bertanya pada mereka agar memilih dari menu yang ada. Sewaktu satu orang menunjuk satu jenis menu, yang lainpun menurut saja. Saat makan semua tenang. Tampak semua menikmati. Namun setelah selesai makan, tampak tanda-tanda ketidakpuasan di wajah mereka. Aku langsung teringat ”Iya ya..di Wamena saja mereka makan nasi segunung, mana puas dengan nasi KFC yang Cuma segenggam. Ha...ha...ha..” pikirku. Akhirnya kuputuskan untuk membungkus satu paket masing-masing untuk mereka. Setelah itu kami kembali ke penginapan. Malam itu semua peserta tertidur lelap tentunya mereka berdoa dulu “ampuni kami Tuhan karena hari ini hari Minggu dan kami semua tidak ke gereja...”.

Hari Senin pagi semua peserta sudah ada di lobby. Sudah selesai makan pagi dan siap memulai acara pagi itu. Oh iya, dalam cross visit ini ada juga team dari ADP Flores Timur sebanyak 5 orang. Tujuan kami sama, melihat-lihat LINDUNG Project. Akhirnya kami semua berangkat. Tujuan pertama kami adalah kantor ADP Cawang. Di situ kami bertemu dengan ROM (Regional Operation Manager) Jawa Bpk. Charles Sinaga. Beliau bersama dengan Bora Siregar (Kordinator LINDUNG) menerima kami dan menyampaikan segala hal yang berkaitan dengan program-program LINDUNG. Ternyata LINDUNG itu singkatan lho....... Kepanjangannya? LINgkungan yang menDukUNG.
Sambil makan siang (kami disuguhi menu Hoka Hoka Bento dan lagi-lagi wajah peserta Papua tampak tidak puas setelah selesai makan), kami menonton film produksi LINDUNG, film ini tentang pengalaman seseorang berinteraksi dengan dunia NARKOBA. Dari mulai SMP si tokoh utama film itu sudah pakai NARKOBA. Oh iya, di Jakarta ternyata penularan HIV yang paling tinggi adalah dari jarum suntik yang dipakai oleh para pecandu atau biasa disebut penasun (pengguna narkoba suntik). Setelah makan siang, kami pun meluncur ke salah satu KSM binaan ADP untuk melihat sosialisasi HIV dan AIDS bagi anggota KSM yang difasilitasi oleh teman-teman LINDUNG. Kak Bora sendiri yang memfasilitasi sosialisasi tersebut. Ternyata anggota KSM-nya hampir semuanya ibu-ibu, jadinya ramai deh.. Banyak pertanyaan yang diajukan. Apalagi ke para peserta cross visit yang notabene dari daerah yang jauhh.. sekali pertanyaan demi pertanyaan seolah mengalir tanpa henti. Para peserta cross visitpun tidak segan-segan menuturkan kondisi mereka di Papua. Pertemuanpun berakhir. Semua peserta tampak puas.

Malamnya, kamipun jalan-jalan di mal. Kali ini Mal Ambassador dan ITC Kuningan menjadi tempat tujuan kami. ”Wuih ramai sekali...” begitu komentar para peserta. Apalagi setelah melihat harga-harga yang terpampang di counter-counter, para peserta makin berdecak kagum. Maklumlah, di Wamena harganya bisa sampai empat kali lipat. Semua peserta masih terbingung-bingung, melihat-lihat kiri-kanan. Belum ada yang tergerak membeli sesuatu. Setelah berkeliling beberapa lama, akhirnya kami memutuskan untuk makan malam dulu. Aku mengajak mereka makan di food court lantai atas Mal Ambassador. Malam itu aku ajak mereka mencicipi masakan Batak. ”Ini bung, wham masakan Batak!” ujarku. Wham adalah sebutan untuk babi di Wamena. Selesai makan semua tampak puas. Maklumlah tadi pagi salah satu peserta sempat berbisik ke Tony (staf KITA BISA) supaya cari makan yang banyak nasinya. Selesai makan malam barulah timbul niat para peserta untuk berbelanja. Mulailah kami kewalahan. Si Charles kemanakah? Si Ansgar kemanakah? Itu saja pertanyaan yang terus kuulang-ulang untuk bisa mengetahui posisi mereka. Untunglah malam itu tidak ada peserta yang hilang. Kamipun kembali ke penginapan. Semua peserta kelelahan sampai-sampai ada yang tidak mandi lagi tapi langsung tertidur pulas.

Hari kedua Selasa pagi kami semua berkumpul di kantor ADP Kebon Pala. Setelah itu langsung menuju SMP 171. Ada kegiatan peringatan Hari Anti Narkoba Sedunia yang dipusatkan di SMP 171 ini. Acaranya ramai sekali. Dipandu oleh kakak-kakak dari KIOSK Atmajaya, para penonton tampak bersemangat. Apalagi penyampaiannya berlangsung secara interaktif. Pokoknya seru deh! Dan dua peserta dari Papua yaitu Lungsi dan Charles menjadi pusat perhatian dan daya tarik tersendiri yang mewarnai acara tersebut. Acara ini berlangsung sampai sore hari. Kemudian kamipun kembali ke penginapan. Malamnya? Ya jalan-jalan lagi toh......... Tempatnya? Ya Mal Ambassador lagi toh.... Kali ini semuanya sibuk berbelanja dan mulai agak familiar dengan suasana mal yang ramai. Sewaktu makan di Food Court, hampir semua pelayan menyerbu kami membawa menunya masing-masing. Aku angkat tangan. ”Terserah mereka saja..” kataku seraya menunjuk para peserta Wamena yang lain. Akhirnya mereka memesan makanan di beberapa tempat dan minuman di satu tempat. Lagi-lagi kami jadi pusat perhatian. Kemudian kami kembali ke penginapan. Malam itu semua tidak bisa tidur nyenyak. Masing-masing berpikir ”besok kegiatan apa lagi ya?”. Ada juga yang berpikir ”besok belanja apa lagi ya?”. Ha...ha...ha..................

Hari ketiga kegiatan kami diawali di SMP 209. Di sini ada pertemuan para SSI (Sahabat Sumber Informasi) dari berbagai SMP. Oh iya target program LINDUNG ini adalah anak-anak SMP. Jadi semua SSI-nya pun anak-anak SMP juga. Kamipun bertukar informasi dengan mereka. Seru juga tuh.. Soalnya anak-anak SSI ini semuanya pintar-pintar dan percaya diri untuk berbicara. Sehabis dari SMP 209 kamipun menuju ke daerah binaan ADP. Daerahnya daerah banjir. Masih ada bekas banjir di sana-sini. Kamipun berjalan melewati jembatan kayu. Ternyata jembatan itu dibuat oleh WVI juga. Ada rasa bangga juga melihat logo WVI yang terpampang di situ. Di sini kami melihat bentuk sosialisasi Narkoba, HIV dan AIDS yang disampaikan melalui media wayang. Bukan wayang kulit lho… tapi wayangnya dibuat sendiri dari styrofoam yang kemudian dicat dengan cat poster. Siapa pemainnya? Ya teman-teman SSI di wilayah ini. Kamipun bertukar informasi dengan mereka. Rasa ingin tahu mereka sangat besar sekali terhadap Papua. Mereka sangat ingin tahu situasi di Papua bagaimana, makan apa dan lain sebagainya. Kemudian kami kembali ke penginapan. Hari ini jadwal ke mal ditiadakan karena sopirnya (aku sendiri) sibuk dan ada urusan keluarga. He...he...he...

Hari ini adalah hari terakhir kunjungan kami. Dipandu oleh kak Anna (staf LINDUNG) kami berkunjung ke PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Kami diterima dengan ramah. Ada banyak hal yang kami dapatkan di sini. Kami bisa melihat klinik VCT, klinik IMS dan tempat konseling pasien sebelum diambil darahnya untuk diperiksa. Eh ternyata staf klinik PKBI ada yang waria lho... namanya siapa ya? Waduh aku lupa. Yang pasti mbak-mbak cantik sekali dan tinggi semampai. Teman-teman Papua sampai ada yang nggak tahu kalau dia itu waria. Sehabis dari PKBI kamipun kembali menuju kantor ADP. Namun sebelumnya kami cari makan siang dulu. Nah ini ada cerita seru saat kita makan siang. Waktu itu tidak ada satu peserta yang berani bersuara mau makan siang dimana. Akhirnya aku memberikan pilihan, mau makan ayam goreng Ny. Suharti atau makan di restoran padang SEDERHANA? Pak Ansgar, salah seorang guru langsung bersuara. ”Makan padang saja..” katanya. Akhirnya mobilpun kubelokkan ke rumah makan padang SEDERHANA. Seperti biasa kalau makan di restoran padang, pasti semua lauk disajikan dan perkiraanku ternyata benar. Hampir semua lauk dan 3 bakul nasi tuntas dilahap para peserta. Aku Cuma bisa geleng-geleng kepala. Yang jelas, tidak ada wajah kecewa siang itu. Semua tampak puas dan di mobil mulai ada yang terkantuk-kantuk. Kamipun tiba di kantor ADP. Umpan balik bagi rekan-rekan LINDUNG pun diberikan. Kata dan kalimat penutup pun terucap. Ucapan terimakasih dan sampai bertemu lagi terngiang sampai di sudut-sudut ruangan. Lepas dari kantor ADP kami semua kembali lagi ke penginapan. ”Besok pagi baru ke mal lagi!” ujarku. Capek juga datang ke mal yang itu-itu lagi. Lama-lama bisa dikenal ama satpam deh!

Besoknya, pagi-pagi sekitar jam sembilan aku sudah bersiap-siap mengantar mereka untuk perburuan terakhir. Seperti biasa Mal Ambassador dan ITC Kuningan lagi yang menjadi tujuan kami.

Malamnya kamipun berangkat ke bandara Soekarno-Hatta. Ada sedikit keterlambatan pesawat. Namun akhirnya pesawat lepas landas dan kamipun terbang menuju Jayapura. Kali ini kami transit di Makasar dan Biak. Semua peserta tidak ada yang tertidur. Sewaktu transit di Makasar dan Biak, semua turun. ”Kapan lagi injak Makasar?” ”Kapan lagi injak Biak?” Mungkin begitu pikir mereka. Sampai di Jayapura ternyata penerbangan kami flight ketiga masih sekitar 4 jam lagi. Kamipun terduduk di bandara pas di depan pintu masuk keberangkatan. Wah udah kayak gembel deh... Habis mau gimana? Tidak mungkin meninggalkan barang bawaan yang begitu banyak. Sekitar jam 12 kamipun check in. Barang-barang semua masuk kargo. Kamipun makan siang di bandara. Sekitar jam 3 sore kami kembali tiba di Wamena. Semua peserta tampak lega. Semua tersenyum puas. Wah......wah........wah.......................

No comments: