Sunday, December 2, 2007

“Stop AIDS! Dengan Kasih Sayang dan Keteladanan”-dari balik peringatan Hari AIDS Sedunia 2007 di Kabupaten Jayawijaya-













Pagi itu tanggal 29 November 2007 tampak ada tanda-tanda kehidupan di gedung pertemuan Pemda di Jalan Bhayangkara. Gedung ini memang sudah lama terbengkalai dan jarang digunakan. Namun hari ini tampak lain. Di bagian depan gedung terpampang sebuah spanduk bertuliskan ”Selamat datang para peserta kemah pemuda dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia 2007”. Halaman gedungpun sudah tertata rapi, tadinya halaman tersebut penuh dengan ilalang setinggi setengah meter. Banyak peserta sudah datang tapi panitianya mana ya? Oh ternyata hari itu bertepatan juga dengan hari Korpri sehingga sebagian besar panitia belum datang. Beberapa panitia dari LSM dan KPAD tampak sibuk mengatur ruangan dan mengalirkan listrik. Lho mengalirkan listrik? Yah, ternyata selama ini listrik di gedung tersebut sudah diputus oleh PLN setempat. Wah...3x.
Para peserta kemudian didaftar. Mereka memperoleh buku acara, alat tulis berupa pulpen dan notes, dan sebuah tas selempang. Semuanya kontribusi dari Wahana Visi Indonesia. Memang dalam kegiatan ini banyak pihak yang berkontribusi. Contohnya saja dari Kecamatan Wamena Kota ada kontribusi berupa satu ton beras. Dan tentunya banyak kontribusi-kontribusi juga dari pihak lain.
Spanduk mulai dipasang. Batalyon, Kodim dan Kepolisian serta Dinas Sosial segera bergerak memasang tenda-tenda. Total ada 7 tenda yang dipasang. Tadinya 6 tenda untuk peserta dan 1 tenda untuk seksi kesehatan dan keamanan, namun karena kegananasan angin Kurima yang dingin tenda paling ujung tidak bisa dipakai karena angin terus-menerus bertiup dan bisa dibayangkan kalau tenda paling ujung itu dipakai peserta yang tinggal di dalam pasti pagi harinya sudah beku karena kedinginan.
Pendaftaran peserta selesai. Semuanya bersiap-siap untuk acara pembukaan. Total peserta yang terdaftar saat itu 116 peserta.
Tepat pukul 14.00 semua peserta berbaris menurut grupnya masing-masing. Gladi resik segera dimulai. Banyak kesalahan-kesalahan sehingga harus diulang-ulang namun panas terik matahari tidak meluluhkan semangat panitia dan peserta untuk tetap melanjutkan gladi resik. Memang agak sulit juga melakukan gladi yang sifatnya protokoler sementara panitia yang melaksanakan gladi sebagian besar dari LSM yang boleh dikatakan buta soal protokoler. Untungnya ada unsur panitia yang sedikit mengerti sehingga gladi pada akhirnya bisa dilaksanakan dengan baik. Semua anggota sie acara sepakat tepat jam 15.00 WIT upacara pembukaan harus dimulai karena akan disiarkan langsung oleh RRI Wamena.
Pukul 15.00 WIT upacara pembukaan dimulai. Bripka Suparman dari Bina Mitra bertindak sebagai pemimpin upacara dan Setda Kabupaten Jayawijaya (Drs. Chris Wopari) sebagai pembina upacara. Para undangan antara lain: Asisten I Setda Jayawijaya, Kepala BKKBN Jayawijaya dan para Kepala Dinas dan instansi di Jayawijaya. Upacara berlangsung tertib dan lancar. Bapak Benyamin Arisoy (Asisten II Setda Jayawijaya) memberikan laporannya selaku Ketua Panitia penyelenggaraan HAS 2007 di Jayawijaya. Upacara ditutup dengan doa oleh Ev. Yoram Yogobi dari yayasan Yasukhogo.
Selesai upacara para peserta kembali ke gedung pertemuan. Makan siang sudah tersedia walau terlambat dikarenakan satu dan lain hal. Para peserta yang masih berdatangan segera didaftar. Sampai sore itu sudah terdaftar 202 peserta. Setelah makan pembagian tenda diatur. Para peserta berkemas-kemas memasuki tenda. Hanya peserta laki-laki yang akan tidur di tenda sementara peserta perempuan semuanya akan tidur di dalam gedung pertemuan.
Pada pukul 18.00 semua peserta kembali ke gedung pertemuan. Sie acara menjelaskan tata tertib dan peraturan perkemahan. Selain itu juga menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan selama perkemahan berikut dengan lomba-lomba yang dipersiapkan. Acara untuk sepanjang hari ini sampai malam nanti adalah lomba debat tentang HIV dan AIDS.
Para peserta kemudian diberikan topik-topik yang akan diperdebatkan. Jawaban atas pernyataan atau topik tersebut adalah setuju atau tidak setuju. Topik-topik untuk putaran pertama ini adalah sebagai berikut: HIV dan AIDS adalah penyakit kutukan, Orang dengan HIV dan AIDS harus dikucilkan, Pemakaian kondom, dan Legalisasi lokalisasi. Kemudian masing-masing grup dibagikan selembar kertas yang harus diisi dengan pendapat mereka tentang topik tersebut dan juga pentas seni apa yang mereka akan pentaskan.
Setelah masing-masing grup berdiskusi selama 15 menit, semua kertas dikumpulkan. Lomba debat bagian pertama segera dimulai. Bapak Meynard Idris dari Wahana Visi Indonesia selaku anggota sie acara memimpin lomba bagian pertama ini. Sebanyak 2 grup akhirnya terseleksi untuk masuk ke babak selanjutnya.
Makan malam sudah siap! Sie konsumsi memberikan kode. Sie acara segera menuntaskan lomba debat sesi pertama itu.
Setelah makan malam lomba debat dilanjutkan. Berhubung semua grup menyatakan setuju dengan pemakaian kondom dan semua grup setuju ODHA tidak boleh dikucilkan maka untuk mendapatkan beberapa grup lagi yang akan maju ke babak selanjutnya, panitia menantang para peserta untuk melawan panitia dalam debat tentang kondom. Panitia berada di pihak yang tidak setuju dengan pemakaian kondom. Hanya satu grup yang berani menerima tantangan itu yaitu remaja mesjid Nur Hidayah. Perdebatan berlangsung seru. Grup panitia diwakili oleh: Pdt. Lutur (GKI), dr. Willy (WVI), John Suebu (YPKM), dan John Walela (WVI). Panitia memainkan actingnya dengan baik sampai remaja mesjid Nur Hidayah sempat keteteran lewat pendapat-pendapat dan alasan-alasan yang disampaikan panitia. Benyamin Situmorang dari WVI bertindak sebagai pemandu kali ini. Para peserta sangat antusias. Debat berjalan seru sekali namun pada akhirnya karena keterbatasan waktu juga sehingga debat harus dituntaskan dan keputusan mengenai siapa pemenangnya diserahkan kepada penonton. Penonton akhirnya memilih pihak yang setuju yaitu remaja mesjid sebagai pemenangnya. Panitia tak lupa menjelaskan bahwa semua yang disampaikan panitia tadi hanya sekedar acting saja. Dalam lomba debat ini yang dinilai adalah bagaimana kemampuan salah satu grup dalam mempengaruhi pendapat grup yang lain sehingga grup yang lain tersebut berubah pendapat menjadi setuju atau tidak setuju.
Berhubung sudah larut malam, para peserta dipersilahkan istirahat. Sie acara tak lupa memberitahukan mengenai materi renungan malam yang sudah ada di dalam buku acara. Para peserta laki-laki kembali ke tenda masing-masing sementara para peserta yang perempuan sibuk mengatur posisi di dalam gedung pertemuan.
Selagi para peserta bersiap-siap beristirahat malam, panitia melakukan evaluasi hari pertama. Banyak hal disampaikan. Yang jelas semua anggota panitia sepakat esok harinya segala sesuatu harus berjalan lebih baik lagi. Petugas jaga malampun diatur. Anggota panitia yang lain kemudian pulang ke tempatnya masing-masing.

Pagi itu (30 November) tampak ada sedikit masalah di gedung pertemuan. Ada apa ya? Wah ternyata para peserta kesulitan air untuk mandi dan mencuci pakaian. Panitia segera bertindak para peserta akhirnya diperbolehkan keluar kompleks perkemahan untuk menuju kali untuk mandi dan mencuci baju. Hari ini tampaknya acara akan sedikit terlambat dimulai karena hal tersebut. Setelah semua peserta selesai mandi dan mencuci, kordinator lapangan yaitu Pdt. John Nap (Tangan Peduli) membuat aturan baru untuk memperlancar acara makan pagi yaitu dengan membagi menjadi 15 kelompok besar yang anggota kelompoknya diacak. Hal ini sekaligus untuk mengakrabkan antar peserta. Setiap ketua kelompok akan bertanggung jawab atas anggota kelompoknya masing-masing.
Tepat pukul 09.00 WIT akhirnya acara bisa dimulai kembali. Seksi acara kembali meminta para peserta untuk memperhatikan jadwal yang telah diberikan. Acara akan dilanjutkan dengan lomba debat bagian kedua dan para peserta diminta untuk mempersiapkan pentas seni yang akan dipentaskan sehabis makan siang nanti.
Lomba debat bagian II dimulai. Pendapatnya tetap sama yaitu setuju atau tidak setuju. Kali ini sistimnya adalah menantang para peserta untuk tampil. Sistim ini diambil karena banyak peserta yang belum tampil namun waktu tidak memungkinkan untuk semua peserta tampil. Topik dalam lomba debat bagian II ini adalah sebagai berikut: HIV bisa ditularkan lewat nyamuk, Ada orang yang HIV (+) memeras buah merah dalam kondisi luka dan darahnya tanpa sengaja masuk ke dalam perasan kemudian orang lain memakannya pasti orang tersebut akan kena HIV juga, dan topik terakhir: Jika ibu HIV (+) hamil dan melahirkan anaknya pasti anaknya itu akan HIV (+) juga.
Lomba debat berjalan seru dan akhirnya didapatkan 2 grup yang akan maju ke final yaitu YPKM dan Yasukhogo.
Sebelum final dilakukan, panitia dari Sie Acara melakukan penyuluhan tentang HIV dan AIDS. Dalam penyuluhan ini disampaikan segala materi yang diperdebatkan kemarin secara tuntas dan jelas sehingga semua peserta begitu keluar dari tempat itu dan acara selesai bisa keluar dengan satu persepsi yang sama tentang HIV dan AIDS. Penyuluhan ini dilakukan oleh dr. Willy Sitompul dari Wahana Visi Indonesia. Penyuluhan berjalan dengan baik. Banyak pertanyaan dilontarkan. Sebagian besar peserta tampak mengangguk-angguk mendengarkan beberapa pengetahuan baru yang dijelaskan oleh nara sumber.



Dalam penyuluhan ini tak lupa dijelaskan juga mengenai kondom untuk laki-laki dan kondom untuk perempuan (femidom). Bagaimana cara menggunakannya dan apa yang harus diperhatikan saat mau menggunakan sebuah kondom, dimana harus menyimpannya dan lain sebagainya. Pada penyuluhan ini juga dijelaskan mengenai kemungkinan HIV bisa melewati pori-pori kondom sangat kecil sekali. Hal ini dibuktikan dengan mengisi kondom dengan air. Molekul air yang jauh lebih besar dari HIV saja tidak lewat, bagaimana HIV bisa lewat? Dalam peragaan kondom ini dr. Willy dibantu oleh teman-teman dari Yasukhogo.
Setelah penyuluhan dr. Willy Sitompul mengundang 2 orang teman ODHA yang didatangkan dari Jayapura (thanks to FHI Tanah Papua!) untuk memberikan kesaksiannya. Yang pertama adalah Oktovianus, beliau adalah seorang mahasiswa semester 7 di salah satu perguruan tinggi di Jayapura namun asalnya adalah dari Pegunungan Bintang. Yang berikut adalah Ibu Yuli staf FHI Tanah Papua yang juga berasal dari Jayapura. Keduanya menyampaikan kesaksian mereka. Banyak peserta tampak terharu. Banyak pertanyaan dilontarkan. Yang jelas semua peserta akhirnya sepakat tidak boleh ada lagi pengucilan terhadap ODHA. Gereja, Mesjid dan semua pihak harus bergerak bersama-sama untuk menuntaskan masalah HIV dan AIDS di Tanah Papua. Kita tidak boleh lagi hanya berpikir dan mempersoalkan dari mana HIV dan AIDS itu berasal namun harus mulai mengambil tindakan dari sekarang.
Para peserta juga mulai sadar bahwa HIV bisa menyerang siapa saja. Contohnya Ibu Yuli, ibu ini hanyalah ibu rumah tangga biasa, tidak pernah berkelakuan negatif namun beberapa waktu setelah suaminya meninggal ibu ini mulai sakit-sakitan, berat badannya turun drastis dan ternyata setelah diperiksa beliau HIV (+). Anak bungsu beliaupun meninggal selagi bayi dan juga HIV (+). Ini adalah bukti bahwa HIV juga bisa menyerang orang baik-baik yang mungkin tidak tahu apa-apa ternyata bisa HIV (+) juga.
Berhubung makan siang belum siap, setelah penyuluhan dan kesaksian, sie acara memutuskan menuntaskan lomba debat dengan babak final YPKM melawan Yasukhogo. Topiknya adalah: “Seorang suami berhak mendapat pelayanan seksual dari istrinya setiap saat”. Kali ini pihak YPKM berada di posisi tidak setuju sementara pihak Yasukhogo di posisi setuju. Debat kali ini berlangsung paling seru dibanding debat-debat sebelumnya. Hal ini tampak dari antusiasme peserta yang lain memberikan komentar dan pendapat mereka. Acara final ini dipandu langsung oleh dr. Willy Sitompul dan Benyamin Situmorang dari Wahana Visi Indonesia. Akhirnya keputusan harus diambil. Pihak YPKM keluar sebagai pemenang dengan suara mutlak dari penonton. Panitia juga memutuskan bahwa grup yang tadi melawan YPKM adalah Juara III yaitu remaja mesjid Nur Hidayah.
Makan siang sudah siap! Begitu kode dari kordinator lapangan. Sie acara kembali mengingatkan bahwa sehabis makan siang pentas seni akan segera dimulai. Para peserta diminta mendaftarkan diri ke sie acara. Pdt. Lutur dari sie acara mulai mendaftar satu per satu para peserta yang akan tampil dalam pentas seni.
Setelah makan siang pentas senipun dimulai. Total ada 25 grup yang mendaftar dalam pentas seni itu. Acara pentas seni berjalan dengan lancar. Team juri bekerja keras untuk menentukan juaranya. Sebagian besar mempertunjukkan drama tentang HIV dan AIDS. Para penonton sangat antusias. Sampai-sampai sebagian besar peserta lupa mengambil snack yang disiapkan sie konsumsi. Pentas seni berlangsung sampai sore hari. Akhirnya pemenangpun harus ditetapkan. Tangan Peduli keluar sebagai Juara I, GBI Bukit Zaitun sebagai Juara II dan Gereja Katholik Kristus Jaya sebagai Juara III.
Setelah pentas seni selesai para peserta diistirahatkan untuk mandi dan bersih-bersih dan kemudian makan malam. Sebelum dibubarkan panitia dari sie acara mengingatkan bahwa masih ada satu lomba lagi yang akan dilakukan yaitu lomba poster. Panitiapun membagikan logistik untuk lomba poster yaitu karton putih, spidol dan cat air beserta kuasnya. Hasil poster harus dikembalikan ke panitia besok pagi sebelum acara dimulai.
Sehabis para peserta mandi dan bersih-bersih para pesertapun makan malam. Teman-teman panitia dari Tangan Peduli mempersiapkan pemutaran film yang mereka produksi dengan judul ”Taneus dan Demina”. Para peserta kemudian kembali ke gedung pertemuan untuk menonton film tersebut. Resensi mengenai film tersebut bisa dilihat di:
http://www.kitabisaactivities.blogspot.com/
Setelah menonton film tersebut para peserta kemudian bersiap-siap untuk malam renungan HIV dan AIDS.
Malam renungan ini dipandu oleh Pdt. M. Lutur dari GKI Maranatha dibantu oleh Pdt. John Nap dari GKII Efata. Semua peserta tampak sangat bersemangat. Renungan yang dibawakan oleh Pdt. Lutur juga sangat menarik. Semua peserta tampak hening merenungkan perbuatan-perbuatan mereka di masa lampau yang mungkin beresiko, yang mungkin mendukakan hati Tuhan. Pdt. Lutur membuat renungan ini bernuansa umum dengan mengutip juga ayat dari Al Quran.
Kemudian para peserta memasuki arena api unggun dengan membawa sebatang lilin dan kertas yang berisi kesalahan-kesalahan dan perbuatan-perbuatan mereka di masa lampau. Malam renungan ini dipandu oleh dr. Willy dari WVI. Semua peserta tampak hening meresapi malam renungan itu. Api unggun dinyalakan oleh Ketua Panitia Bapak Benyamin Arisoy. Kemudian ketua panitia meneruskan memberikan nyala lilin ke para peserta. Api yang bersumber dari api unggun di tengah-tengah lingkaran kemudian diteruskan menjadi api-api kecil yang mengelilingi api unggun tersebut. Hal ini bisa bermakna penularan HIV yang dengan cepat menyebar namun juga bisa bermakna lain. Api-api yang menyala di lilin-lilin kecil itu bisa bermakna harapan. Harapan yang mengelilingi api yang besar, api HIV dan AIDS. Harapan untuk memagari HIV dan AIDS agar tidak semakin menyebar. Nyala lilin-lilin kecil juga bisa berarti semangat persatuan dari berbagai pihak untuk menanggulangi HIV dan AIDS.
Kemudian para peserta maju satu persatu untuk membakar daftar kesalahan yang telah mereka buat ke dalam api unggun tersebut. Acara malam renungan kemudian ditutup dengan doa oleh Pdt. M. Lutur. Para peserta kemudian kembali ke gedung pertemuan.
Di dalam gedung pertemuan para peserta diberi pengarahan akhir sebelum beristirahat malam. Mereka diingatkan kembali untuk menyelesaikan poster mereka masing-masing dan mengumpulkannya ke panitia besok pagi. Diingatkan juga agar sebelum tidur bisa memakai materi renungan malam yang ada di dalam buku acara untuk berdoa secara kelompok. Akhirnya setelah seharian yang melelahkan, para peserta beristirahat. Panitia? Panitia masih rapat untuk evaluasi hari kedua. Setelah evaluasi seperti biasa yang jaga malam ditentukan. Panitia mengecek keberadaan peserta di tenda-tenda sebelum kembali ke tempat masing-masing. Besok adalah puncaknya yaitu long march keliling Wamena. Panitiapun membagi tugas untuk keesokan harinya.

Keesokan harinya semua peserta sudah bersiap-siap. Selesai mandi dan makan pagi para peserta segera menuju halaman kantor Bupati Jayawijaya untuk melakukan upacara penutupan perkemahan sekaligus melepas peserta untuk kampanye long march keliling Wamena. Sama seperti upacara pembukaan yang lalu, Bripka Suparman bertindak sebagai pemimpin upacara dan Setda kabupaten Jayawijaya berindak sebagai pembina upacara. Selesai upacara Bapak Setda Jayawijaya menganugerahkan hadiah dan piagam pada para pemenang lomba yaitu pemenang lomba debat, lomba pentas seni dan lomba desain poster. Juara I dari masing-masing lomba menerima sertifikat berikut uang tunai Rp. 500.000,- Juara II Rp. 400.000,- dan Juara III Rp. 300.000,-
Berikut ini juara dari masing-masing kategori:
Lomba debat:
a. Juara I : YPKM
b. Juara II : Yasukhogo
c. Juara III : Remaja Mesjid Nur Hidayah
Lomba Pentas Seni:
a. Juara I : Tangan Peduli
b. Juara II : GBI Bukit Zaitun
c. Juara III : Gereja Katholik Kristus Jaya
Lomba desain poster:
a. Juara I : Ormas LDII
b. Juara II : GKI Maranatha
c. Juara III : Gereja Katholik Kulagaima

Setelah masing-masing juara menerima penghargaan tersebut, Setda Jayawijaya secara simbolis melepas peserta long march keliling kota Wamena. Peserta long march ini juga diramaikan oleh wakil-wakil dari SMP dan SMU di sekitar kota Wamena yang diundang secara khusus oleh KPAD Jayawijaya bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia. Jalur-jalur yang dilewati adalah jalur-jalur yang ramai oleh massa. Selama long march berlangsung informasi tentang HIV dan AIDS diberikan dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan bahasa daerah lembah. Untuk bahasa daerah lembah diberikan oleh Ibu Ribka Haluk dari Dinas Pemberdayaan Perempuan kabupaten Jayawijaya. Sedangkan untuk bahasa Indonesia disampaikan oleh dr. Willy Sitompul dari Wahana Visi Indonesia. Kampanye keliling ini cukup menarik minat massa yang seputar jalan yang dilalui oleh peserta kampanye. Sekitar 200an peserta kemah pemuda dan 300an anak sekolah SMP dan SMU terlibat dalam kampanye ini selain unsur panitia dan Muspida Jayawijaya. Camat Wamena Kota Ibu Lince Kogoya bahkan turut serta berjalan kaki dengan semangat dari awal sampai akhir kampanye.
Dalam long march ini juga disebarkan brosur-brosur dan stiker-stiker yang disediakan oleh KPAD Jayawijaya, Wahana Visi Indonesia dan Tangan Peduli.
Akhirnya setelah hampir 2 jam berkeliling kampanye yang dilepas dari halaman kantor bupati Jayawijaya inipun berakhir kembali di gedung pertemuan pemda. Para peserta kemudian beristirahat untuk minum dan menunggu makan siang.
Beberapa saat kemudian para peserta kembali berkumpul di gedung pertemuan untuk acara pelepasan para peserta kembali ke wilayahnya masing-masing. Para peserta kemudian menyampaikan kesan dan pesan mereka yang mereka dapatkan selama acara ini berlangsung. Panitia kemudian mempersilahkan kepada peserta perkemahan, bagi yang mau pulang boleh langsung pulang atau masih menonton satu acara lagi yaitu festival band antar SMP dan SMU se Wamena yang juga merupakan suatu rangkaian acara dengan acara perkemahan tersebut.
Setelah makan siang sebagian besar peserta masih bertahan untuk melihat festival band yang diselenggarakan KPAD Jayawijaya bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia. Festival band ini berlangsung meriah. Total 9 kelompok berpartisipasi dalam acara ini dalam bentuk dance dan band. Sambil menonton acara tersebut penonton menikmati snack yang secara khusus disponsori oleh Wahana Visi Indonesia.
Pada pukul 15.30 pengumuman pemenang diadakan. Pemenang untuk lomba band adalah Andy Band dari SMU YPPGI disusul oleh Gokil Band untuk juara 2 dan AMC Band keduanya dari SMP 1 untuk juara 3. Kategori dance juga mendapat penghargaan dengan pemenangnya adalah Skin Head Dance Group juga dari SMP 1 Wamena. Untuk masing-masing juara band diberikan hadiah berupa piala dan bingkisan dari Wahana Visi Indonesia dan sertifikat penghargaan dari KPAD Jayawijaya. Untuk kategori dance juga menerima bingkisan dari Wahana Visi Indonesia.
Akhirnya, segenap acara Hari AIDS Sedunia di Kabupaten Jayawijaya ini harus berakhir juga. Acara demi acara boleh berakhir tapi jangan lupa virus ini (HIV) terus bekerja. Untuk itu segala partisipasi tidak boleh berakhir di sini. Semua pihak harus harus bahu membahu dan bergandeng tangan untuk mencegah HIV dan AIDS semakin menyebar di Jayawijaya. HIV & AIDS muk hawok!